Sabtu, 20 Desember 2014

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA


                           LANDASAN TEORI

DARAH
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.

Darah pada Manusia
Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan dibawa ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

a)      Komposisi
Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
·         Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit akan menderita penyakit anemia.
Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya, antibodi yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau tipe-B yang dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-A (zat anti-A) dan aglutinin-B (zat anti B). Aglutinogen-A memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung asetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinogen-B mengandung enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya. Ahli imunologi (ilmu kekebalan tubuh) kebangsaan Austria bernama Karl Landsteiner (1868-1943) mengelompokan golongan darah manusia. Berdasarkan ada atau tidaknya aglutinogen, golongan darah dikelompokan menjadi :
        Golongan darah A, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan aglutinin-B dalam plasma darah.
        Golongan darah B, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-B dan aglutinin-A dalam plasma darah.
        Golongan darah AB, yaitu jika eritrosit mengandung glutinogen-A dan B, dan plasma darah tidak memiliki aglutinin.
        Golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak memiliki aglutinogen-A dan B, dan plasma darah memiliki aglutinin-A dan B.
·         Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%). Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
·         Sel darah putih atau leukosit (0,2%). Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit akan menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit akan menderita penyakit leukopenia.


Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :
         albumin
         bahan pembeku darah
         immunoglobin (antibodi)
         hormon
         berbagai jenis protein
         berbagai jenis garam
Luka bisa menyebabkan kehilangan darah yang parah dan kehabisan darah. Trombosit menyebabkan darah membeku, menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah terjadinya kekurangan darah. Kerusakan pada organ dalam bisa menyebabkan luka dalam yang parah atau hemorrhage. Hemofilia merupakan kelainan genetik yang menyebabkan kegagalan fungsi dalam pembekuan darah seseorang. Akibatnya, luka kecil dapat membahayakan nyawa. Leukemia merupakan kanker pada jaringan tubuh pembentuk sel darah putih. Penyakit ini terjadi akibat kesalahan pada pembelahan sel darah putih yang mengakibatkan jumlah sel darah putih meningkat dan kemudian memakan sel darah putih yang normal. Pendarahan hebat, baik karena kecelakaan atau bukan (seperti pada operasi), dan juga penyakit darah seperti anemia dan thalassemia, yang memerlukan transfusi darah. Beberapa negara mempunyai bank darah untuk memenuhi permintaan untuk transfusi darah. Penerima darah perlu mempunyai jenis darah yang sama dengan penyumbang. Darah juga merupakan salah satu "vektor" dalam penularan penyakit. Salah satu contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui darah adalah AIDS. Darah yang mengandung virus HIV dari makhluk hidup yang HIV positif dapat menular pada makhluk hidup lain melalui sentuhan antara darah dengan darah, sperma, atau cairan tubuh makhluk hidup tersebut. Oleh karena penularan penyakit dapat terjadi melalui darah, objek yang mengandung darah dianggap sebagai biohazard atau ancaman biologis.
GOLONGAN DARAH
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebapkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
  • Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
  • Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
  • Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
  • Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Frekuensi
Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda.

Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B. Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.
Kecocokan Golongan Darah
Tabel kecocokan RBC
Golongan darah resipien
Donor
O−
O+
A−
A+
B−
B+
AB−
AB+
O−
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
O+
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
A−
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
A+
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
B−
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
B+
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
AB−
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
AB+
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya


Tabel kecocokan plasma
Resipien
Donor

O
A
B
AB

O
Ya
Ya
Ya
Ya

A
Tidak
Ya
Tidak
Ya

B
Tidak
Tidak
Ya
Ya

AB
Tidak
Tidak
Tidak
Ya








    II.            TUJUAN
Dapat mengetahui golongan darah pada manusia.

 III.            ALAT DAN BAHAN
·         Lanset
·         Lansidifes
·         Kapas
·         Darah
·         Anti Septik
·         Serum Aglutinogen A, B, AB
·         Pinset
·         Kaca Benda

 IV.            CARA KERJA

1.      Pasanglah lanset pada landsidifes, dan tarik pada ujung landsidifes untuk memastikan lanset terpasang dengan benar, kemudian buka penutup lanset dan pasang penutup lansidifes.
2.      Pijatlah ujung jari dan beri sedikit tekanan dengan menggunakan kuku untuk mengetahui ketebalan kulit pada ujung jari.
3.      Bersihkan ujung jari individu dengan kapas yang sudah diberi anti septik.
4.      Sebelum melakukan penusukan pada individu, putar terlebih dahulu tingkat kedalaman penusukan pada landsidifes. Kemudian lakukan penusukan pada individu dan buanglah lanset setelah melakukan penusukan.
5.      Tekan pada ujung jari individu agar darah cepat keluar, darah pertama yang keluar langsung di hapus dengan kapas yang telah diberi anti septik. Tetesan darah kedua, ketiga, dan keempat langsung diletakkan pada kaca benda untuk diberi serum antigen.
6.      Setelah setiap tetes diberi serum Aglutinogen A, B, AB. Amati apakah terdapat gumpalan terhadap setiap tetes darah tersebut.
7.      Lakukan hal demikian pada percobaan selanjutnya.








Dalam melakukan pemeriksaan golongan darah pada manusia dapat diketahui dari:
Golongan darah
Serum
Aglutinogen A
Aglutinogen B
Aglutinogen AB
O
Tidak menggumpal
Tidak menggumpal
Tidak menggumpal
A
Menggumpal
Tidak menggumpal
Menggumpal
B
Tidak menggumpal
Menggumpal
Menggumpal
AB
Menggumpal
Menggumpal
Menggumpal

Keterangan:
v  Golongan darah O terjadi apabila tidak ada penggumpalan darah pada semua sampel darah yang telah diberi Aglutinogen.
v  Golongan darah A terjadi apabila terdapat penggumpalan darah pada sampel darah yang telah diberi Aglutinogen A dan Aglutinogen AB.
v  Golongan darah B terjadi apabila terdapat penggumpalan darah pada sampel darah yang telah diberi Aglutinogen B dan Aglutinogen AB.
v  Golongan darah AB terjadi apabila ada penggumpalan darah pada semua sampel darah yang telah diberi Aglutinogen.

    V.            TABEL PENGAMATAN

No
Nama
Gender
Aglutinogen
Keterangan
A
B
AB
1.
Ani Puji Astuti
P
+
-
+
A
2.
A. Septianto
L
+
-
+
A
3.
Eki Sri Fatonah
P
-
-
-
O
4.
Fajar Destiani
P
-
+
+
B
5.
Luksiana Sari Putri
P
-
+
+
B
6.
Joko
L
-
-
-
O
7.
Nuriana Eka Arsanti
P
+
+
+
AB
8.
Putri Afrioni
P
-
+
+
B
9.
Siti Nur Willy Yani
P
-
-
-
O
10.
Tina Hariyati
P
-
-
-
O

Keterangan:
+  = aglutinasi
 ≠ aglutinasi


 VI.            PERTANYAAN
1.      Apakah golongan darah manusia dapat berubah, jelaskan?
Jawab:
Menurut medis, golongan darah manusia tidak bisa berubah. Namun golongan darah memungkinkan untuk berubah karena beberapa faktor tertentu, seperti kelainan darah atau mengidap penyakit yang dapat merusak hemoglobin darah, contohnya: leukimia dan gagal ginjal, seperti dalam kasus pasien di Australia, setelah menjalani transplantasi liver, tim dokter menduga sel-sel liver telah mempengaruhi sel-sel sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah. Benar tidaknya golongan darah manusia dapat berubah untuk saat ini masih memerlukan penelitian yang panjang.

VII.            KESIMPULAN DAN SARAN
VII.I.   KESIMPULAN
Dari pemeriksaan golongan darah pada manusia yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
v  Pemeriksaan golongan darah pada manusia dapat dilakukan dengan pemberian serum aglutinogen A, B, atau AB pada sampel darah.
v  Berdasarkan ada tidaknya aglutinogen, golongan darah pada manusia di kelompokkan menjadi golongan darah O, A, B, AB.
v  Golongan darah tergantung pada tipe aglutinogen dan aglutinin yang terkandung dalam darah.
v  Golongan darah O terjadi apabila tidak ada penggumpalan darah pada semua sampel darah yang telah diberi Aglutinogen.
v  Golongan darah A terjadi apabila terdapat penggumpalan darah pada sampel darah yang telah diberi Aglutinogen A dan Aglutinogen AB.
v  Golongan darah B terjadi apabila terdapat penggumpalan darah pada sampel darah yang telah diberi Aglutinogen B dan Aglutinogen AB.
v  Golongan darah AB terjadi apabila ada penggumpalan darah pada semua sampel darah yang telah diberi Aglutinogen.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon di koment ya....